SDN 1 MEKARTANI

SDN 1 MEKARTANI
Profil

SDN 1 MEKARTANI

Profil Sarana SDN 1 MEKARTANI Kecamatan Singajaya Kabupaten Garut.

KEPALA SEKOLAH DAN STAF PENGAJAR

Kepala Sekolah dan Tenaga Pendidik SDN 1 Mekartani.

Photo Bersama Asesor BANSM

Sesi photo Bersama Asesor BANSM pada kegiatan Akreditasi.

Kegiatan Guru Pembelajar

Kegiatan Guru Pembelajar di KKG Gugus Cigintung untuk meningkatkan mutu pendidik .

Kepala UPTD Dinas Pendidikan Kec. Singajaya

Sambutan Kepala UPTD Pendidikan Kec.Singajaya dalam kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan di KKG Cigintung

Belajar dari Sebuah PENSIL

Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.
“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?”
Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,
“Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi.Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.
“Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si cucu.
Si nenek kemudian menjawab,
“Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini”,
Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.

Pertama:
Pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya Allah, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya”.
Pensil dituntun oleh tangan,
Jadikan penuntun Kita adalah Allah Swt

Kedua:
Dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.

Ketiga:
Pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar”.
Penghapus selalu membenarkan kata kata kita dengan menghapus tulisan yg salah.
Kita juga harus mendengar nasehat orang lain apabila kita salah dan segera introspeksi diri.

Keempat:
Bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.
Dalam hal ini yg ada dalam diri kita adalah hati dan nafsu, akal dan fikiran dan semua yg berasal dari dalam diri kita. Harus selalu kita kendalikan.

Kelima: 
Sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan…
Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”
kita pun demikian , apa yang kita perbuat akan meninggalkan goresan baik atau buruk yang nantinya akan di hisab,
maka berhati hatilah akan setiap goresan yg kita perbuat.

Sumber:duniaislam.org

Bisa Membaca Belum Tentu Mengerti Isi Bacaan

Sebuah tulisan menarik untuk disimak bagi para pendidik dan orangtua dalam memahami dan mengatasi kendala siswa/anak dalam belajar.  

Seorang pedagang menjual 6 besek telur asin. Setiap besek berisi 10 butir telur. Ibu membeli 2 besek. Sisa telur di pedagang itu adalah ... butir.

Soal di atas, saya ambil dari sebuah buku kumpulan soal, sebagai latihan soal untuk Akmal. Ketika saya mengambil soal tersebut, saya tidak terlalu memperhatikan kalimat detilnya.

Soal itu saya berikan begitu saja pada Akmal, tanpa saya ubah sedikitpun. Akmal terdiam, berusaha mencerna soal itu. Ya, seperti biasa ia masih memerlukan waktu untuk mencerna sebuah soal cerita.

"Besek itu apa, Bu?" tanya Akmal.

Hoo iya yaaa....besek...hari gini ada kosa kata besek, sepertinyanya kurang lazim didengar anak, terutama dia.

"Emm, besek itu, seperti keranjang atau wadah gitu Mas..."

"Ooo"

Akmal masih terdiam... sepertinya belum mengerti maksud soal.

"Digambar aja yuk, Mas. Begini...." Saya coba ilustrasikan soal cerita tersebut menjadi gambar. Lalu kami bersama-sama mengerjakan soal tersebut.

Beberapa kali saya menemukan kejadian seperti di atas. Saat Akmal terpaku pada soal cerita, karena ia tidak paham terhadap soalnya. Bukan sekedar jalan ceritanya, bisa jadi sejak memahami arti kata perkata.

Pernah juga saya menemukan hambatan yang sama, saat mendampingi seorang anak yang sedang mengerjakan soal. Ketika itu ia sedang mengerjakan soal matematika: Tuliskan bilangan di antara 25 sampai 32!

Persoalan matematika ini direspon oleh anak tersebut dengan bertanya "di antara itu apa, Bu?"

Jadi bagaimana dia bisa mengerjakan, kalau kata perkata dari soal tersebut ada yang belum paham.

Kali lain, ketika anak diberi soal: Tuliskan sifat benda padat!, direspon dengan pertanyaan "Sifat itu apa, Bu?"

Mungkin ada anak yang cukup dengan membaca buku, lalu menghafal sifat-sifat suatu benda, ia akan menuliskan jawabannya. Terlepas dari memahami arti kata "sifat". Tapi untuk sebagian anak yang perlu ilustrasi atau deskripsi yang detil dari sebuat bacaan, akan terhenti pada sebuah arti kata.

Ketika seorang anak tidak bisa menjawab, hal yang perlu di cek oleh kita adalah, pemahaman bacaannya. Sudahkah ia memahami arti kata perkata yang ia baca.

Permasalahan pemahaman bacaan inilah yang sekarang kerap kali saya temui saat ini, kebetulan saya menemukannya pada anak-anak sekolah dasar. Belum pernah melakukan riset, berapa banyak yang mengalaminya. Namun terlepas dari sedikit atau banyak masalah ini terjadi, masalah ini tetap menarik bagi saya.

Apa yang kurang dalam pengajaran membaca yang mereka alami? Kenapa mereka kurang memahami makna dari bacaan yang mereka baca? Kenapa lama kelamaan mereka semakin malas membaca? Hal yang kerap kali dikeluhkan oleh para guru.

Apa yang kurang? Padahal anak-anak sekarang lebih cepat belajar membaca. Dari sejak pra sekolah mereka sudah belajar dan bisa membaca.

Anak pra sekolah saat ini dtuntut untuk segera bisa membaca. Tak bisa dipungkiri kemampuan ini menjadi mutlak perlu dikuasai karena sedikit sekolah yang memberi peluang bagi anak yang belum bisa membaca, untuk belajar membaca di kelas 1.

Jika kita berjalan-jalan di toko buku, maka kita akan menemukan berderet-deret buku tentang cara cepat mengajarkan membaca pada anak. Judulnyapun begitu menggoda. Lupa bagaimana detilnya, yang pasti menjanjikan anak bisa membaca dalam waktu singkat.

Menghafal huruf dilewati, langsung pada membaca dua suku kata seperti ba, bi, bu, be, bo. Seakan dianggap menghafal huruf tidaklah perlu dan sayang waktu jika digunakan untuk menghafal huruf. Jika kita buka lagi lembaran buku tersebut, mungkin ada buku yang langsung saja menampilkan sederet suku kata untuk dibaca, tanpa menampilkan hubungan antara suku kata tersebut dengan kata-kata yang lazim ia temui sehari-hari. Yang dikejar oleh sang buku adalah kemampuan anak membaca suku kata.

Sangat disayangkan ketika anak belajar membaca tanpa diperkenalkan pada konteks. Padahal belajar membaca, selain belajar merangkai huruf menjadi kata, juga perlu diiringi dengan pehaman makna huruf, kata dan kalimat. Bahwa b adalah awal dari kata bola. Kata "bola" adalah representasi dari benda bulat yang biasa dipakai bermain dengan cara ditendang dengan menggunakan kaki.

Mengapa menghubungkan huruf dengan kata, menghubungkan kata yang tercetak di kertas dengan benda di sekitar menjadi penting? Karena membaca bukan hanya sekedar membaca kata, tapi juga memaknakan kata.

Belajar membaca perlu diiringi dengan memperkaya lingkungan bahasa pada anak. Banyak mengajaknya berbicara, membacakan buku, memperdengarkan cerita, dan aktivitas-aktivitas lain yang berhubungan dengan kata (bahasa).

Semakin banyak kosa kata yang anak kuasai, semakin mudah ia memaknakan suatu bacaan. Mengajarkan membaca kata perkata, namun menempatkan anak pada lingkungan yang miskin bahasa, hanya akan membuat ia bisa membaca namun kurang memahami makna bacaan. Hal ini akan menjadi hambatan pada anak saat membaca buku pelajarannya, atau membaca persoalan tertulis yang ia terima kelak di sekolah dasar.

Oleh karena itu, saya mencoba berbagi beberapa langkah belajar membaca berikut ini. Langkah-langkah ini terformulasi hanya berdasarkan pengalaman bukan berdasarkan riset atau ilmu yang mencukupi. Namun mudah-mudahan ada manfaatnya.

Pertama, yang perlu dilakukan adalah memperkaya lingkungan dengan bahasa. Mengajak anak untuk berinteraksi, bermain bersama, sambil berbincang-bincang dengan hangat, adalah salah satu upaya yang mudah untuk memperkaya lingkungan dengan bahasa. Membacakannya buku cerita saat anak belum bisa membaca, membuat anak bisa memiliki pengetahuan yang kaya akan kosa kata, tanpa harus menunggunya bisa membaca. Mendengarkan cerita akan membuatnya semakin senang berbahasa. Kosa kata adalah kunci bagi anak untuk memahami isi bacaan.


Kedua, memahami bahwa kata yang tercetak dalam buku adalah kata-kata yang lazim ia dengar. Anak memahami bahwa kata yang sering ia dengar, bisa ditulis atau dicetak dalam sebuah buku. Lebih jauh, anak mengetahui dengan membaca kata-kata dalam buku, anak akan mengetahui lebih banyak tentang suatu hal. Ooo..ternyata kura-kura yang menarik untuk dipelihara itu, kalau ditulis...tulisannya begitu ya? Ooo ternyata kalau membaca buku tentang kura-kura, jadi tahu lebih banyak tentang kura-kura. Membaca menjadi aktivitas yang mengasyikkan. Anak menjadi memiliki minat yang tinggi terhadap aktivitas membaca. Minat bisa dikatakan lebih penting dari sekedar bisa. Betapa banyak orang yang bisa membaca, namun tak berminat membaca. Hasilnya tentu berbeda antara orang yang sekedar bisa membaca dengan orang yang memiliki minat tinggi untuk membaca. Minat dapat ditumbuhkan tanpa perlu menunggu kemampuan membaca terkuasai.

Ketiga, memahami arti huruf hingga memahami makna kata yang ia baca. Apa hubungan huruf dengan kata? Bahwa b adalah awal dari kata bola. Bahwa kata bola terdiri dari beberapa huruf. Bahwa kata bola adalah representasi dari benda bola yang sering ia lihat. Sehingga anak memahami manfaat dari huruf dan kata, aktivitas membaca menjadi bermakna. Bayangkan ketika anak di minta membaca rangakaian suku kata bici (kata yang terdapat di buku belajar membaca, saat anak belajar membaca suku kata dan bi dan ci). Apakah bici itu? Apa maknanya? Adakah anak yang bernama bici, atau benda bici? Belajar membaca dengan merangkai suku kata menjadi kata yang tidak lazim didengar, bisa menjadi aktivitas yang aneh bagi anak yang kritis.

Keempat dan selanjutnya barulah belajar teknik membaca. Merangkai kata menjadi suku kata, merangkai suku kata menjadi kata. Merangkai kata menjadi kalimat.

Dengan langkah-langkah tersebut, diharapkan anak bukan sekedar membaca dengan cara hafal huruf atau hafal kata, tetapi juga karena mengerti arti bacaan yang sedang ia baca. Pendampingan tentunya tetap diperlukan agar anak dapat memahami bacaannya dengan tepat.



Monday, October 25, 2010 10:03
Diposting oleh Lita Edia
Label: Pendidikan dan Pengasuhan

HARI BATIK NASIONAL, 2 OKTOBER 2018



Hari Batik Nasional adalah hari perayaan nasional Indonesia untuk memperingati ditetapkannya batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009 oleh UNESCO. Pada tanggal ini, beragam lapisan masyarakat dari pejabat pemerintah dan pegawai BUMN hingga pelajar disarankan untuk mengenakan batik.

Pemilihan Hari Batik Nasional pada 2 Oktober berdasarkan keputusan UNESCO yaitu Badan PBB yang membidangi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan, yang secara resmi mengakui batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia. UNESCO memasukkan batik dalam Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia. Pengakuan terhadap batik merupakan pengakuan internasional terhadap budaya Indonesia.


https://id.wikipedia.org/wiki/Hari_Batik_Nasional