SDN 1 MEKARTANI

SDN 1 MEKARTANI
Profil

SDN 1 MEKARTANI

Profil Sarana SDN 1 MEKARTANI Kecamatan Singajaya Kabupaten Garut.

KEPALA SEKOLAH DAN STAF PENGAJAR

Kepala Sekolah dan Tenaga Pendidik SDN 1 Mekartani.

Photo Bersama Asesor BANSM

Sesi photo Bersama Asesor BANSM pada kegiatan Akreditasi.

Kegiatan Guru Pembelajar

Kegiatan Guru Pembelajar di KKG Gugus Cigintung untuk meningkatkan mutu pendidik .

Kepala UPTD Dinas Pendidikan Kec. Singajaya

Sambutan Kepala UPTD Pendidikan Kec.Singajaya dalam kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan di KKG Cigintung

Nilai atau Raport Uji Kompetensi Guru (UKG) Tahun 2015


Nilai atau Raport Uji Kompetensi Guru (UKG) 2015 menjadi acuan dalam menentukan program guru pembelajar.Dalam program guru pembelajar diambil siapa saja yang jadi NARASUMBER, INTRUKSTUR NASIONAL serta PESERTA. Untuk menentukan guru tersebut diambil dari nilai uji kompetensi Guru pada tahun 2015. Mungkin para guru penasaran berapa nilai yang didapatkan saat UKG. Kali ini saya ingin berbagi SEBAGIAN saja Nilai RAPORT UKG 2015 khusunya guru SD.

Dalam pelaksanaan UKG tahun 2015 setelah mengerjakan uji Kompetensi akan muncul jumlah salah dan benar dari uji kompetensi yang diujikan yaitu PEDAGOGIK dan PROFESIONAL sehingga para guru banyak yang penasaran termasuk saya berapa perolehan nilai dari UKG 2015.


Untuk DKI Jakarta DOWNLOAD DISINI
Untuk kelas Awal DOWNLOAD DISINI
Untuk kelas tinggi DOWNLOAD DISINI
Untuk Guru Penjas DOWNLOAD DISINI
Untuk Guru SBK DOWNLOAD DISINI

7 Tips Ampuh Untuk Lulus Uji Kompetensi Guru (UKG) Online

sdndurikepa07.blogspot.co.id --- 
Selamat pagi,sore dan malam rekan rekan guru dimanapun berada, salam sejahtera untuk kita semua semoga tuhan selalu melimpahkan karunianya kepada kita , dalam menjalankan aktivitas kita sehari hari .
UKG online bertujuan untuk mengukur kompetensi guru dan dijadikan sebagai salah satu faktor dalam menilai kinerja guru. Beredar kabar bahwa hasil UKG juga akan berpengaruh pada beberapa hal, diantaranya kenaikan pangkat dan tunjangan (sertifikasi). Namun berbeda dengan UKG tahun sebelumnya, tahun ini UKG diikuti oleh semua guru baik PNS maupun honorer.


Berbagai macam kekhawatiran dirasakan oleh para guru, terutama oleh para guru penerima tunjangan sertfikasi. Kekhawatiran tersebut diantaranya adalah ada ketakutan jika hasil UKG tidak bisa memenuhi nilai minimal yaitu 70, maka tunjangan sertifikasi akan dicabut. Otomatis ini menjadi beban mental tersendiri bagi para guru penerima tunjangan sertifikasi, padahal kebenaran dari info ini belum jelas dan berikut 7 Tips yang bisa Ibu/Bapak Guru Terapkan.

1. Latihan menggunakan apliksi simulasi UKG Online
Dengan berlatih menggunakan simulasi maka ketika mengerjakan soal sungguhan dengan aplikasi sungguhan tidak akan terlalu grogi. Paling tidak cara input data pribadi dan cara mengerjakan sama. Salah satu aplikasi simulasi ukg online yang bisa anda gunakan untuk berlatih sudah saya share pada artikel sebelumnya.

2. Belajar mengerjakan soal-soal latihan UKG.
Selain berlatih menggunakan aplikasi simulasi, juga bisa mengerjakan soal-soal latihan secara manulai yaitu diatas kertas. Maka tidak ada salahnya mencari banyak referensi soal untuk dikerjakan.

3. Komunikasi Dengan Teman Guru Yang Lain
Saling sharing dengan teman sejawat akan membuat mental kita semakin siap menghadapi UKG online. Jangan menutup diri dan pesimis. Toh yang menghadapi UKG online bukan diri kita sendiri, ada banyak guru lainnya juga ikut UKG. Berkomunkasi dan saling berbagilah dengan guru lainnya. Akan lebih baik jika bertanya kepada guru yang pernah melaksanakan UKG online.

4. Kenali seluk beluk Tentang  UKG online
Salah satunya adalah dengan cara menggunakan apliksi simulasi yang sama persis dengan aplikasi UKG online.

5. Pastikan Data Anda Benar
Pada saat melaksanakan UKG online ada beberapa data yang harus diinput sebelum mengerjakan soal, diantaranya adalah nomor perserta dan NUPTK, jadi pastikan data anda benar dan benar pula saat menginputkannya. Jangan pernah malu atau takut bertanya kepada operator UKG online bagaimana cara input data yang benar. Karena jika data yang anda input salah, meskipun anda mengerjakan soal dengan benar, anda tidak akan mendapatkan nilai dari tes yang sudah anda kerjakan.

6. Saat Mengerjakan Berkonsentrasilah
Ujian dilaksanakan secara online di depan komputer dengan waktu yang terus berjalan. Jadi jangan buang-buang waktu dengan hal-hal lain yang tidak berguna.  Akan ada 100 soal UKG yang akan dikerjakan dengan waktu 120 menit. 

7. Tetaplah Tenang dan Berdo'a. 
Buang jauh-jauh rasa khawatir anda karena itu hanya akan membuat anda semakin panik. Sebelum anda mengerjakan soal UKG online, tata terlebih dahulu emosi anda sehingga mendapatkan ketenganan jiwa yang stabil. Sebagai umat beragama, jangan lupa berdoa.

Untuk Informasi Terbaru Ibu/Bapak Guru Bisa Melihatnya  Disini
Sumber : (Mengawaskim) .

Semoga Tips di atas bermanfaat untuk rekan rekan guru dan mendapatkan hasil UKG yang memuaskan amin .

Teknologi dalam Pendidikan : Peranan Gadget untuk Pendidikan

  
Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi sangat berperan dalam kehidupan manusia. Kemajuan teknologi dengan kehidupan manusia seakan-akan tidak dapat dipisahkan. Dengan kemajuan teknologi kita dapat memperoleh berbagai informasi yang ada di belahan dunia. Kemajuan teknologi tentunya menyebabkan perubahan yang begitu besar terhadap kehidupan umat manusia di berbagai bidang dan memberikan dampak yang begitu besar terhadap nilai-nilai kebudayaan yang dianut masyarakat, termasuk gaya hidup dan pola pikir masyarakat.
       Teknologi diciptakan untuk mempermudah setiap kegiatan manusia. Teknologi memiliki berbagai macam jenis yang tidak terhitung jumlahnya. Salah satu contoh teknologi yang paling populer pada era globalisasi ini adalah gadget.Beberapa orang pernah bahkan sering mendengar kata “gadget”.

      Beberapa tahun yang lalu gadget hanya dimiliki oleh kalangan pembisnis untuk kelancaran pekerjaannya.
          Namun, sekarang gadget telah dimiliki oleh setiap kalangan. Hal ini dikarenakan bentuk gadget yang beraneka ragam dan sangat menarik serta memiliki berbagai fungsi selain untuk berkomunikasi juga untuk berbagi, mencipta, dan menghibur dengan audio, video, gambar, tulisan, musik dan sebagainya. Sebagai salah seorang yang hidup pada era globalisasi ini kita perlu mengikuti segala perkembangan yang terjadi khususnya di bidang teknologi seperti gadget. Namun, perlu diperhatikan bahwa fasilitas yang disediakan oleh gadget tidak hanya menimbulkan dampak positif tetapi juga menimbulkan dampak negatif.
        Perkembangan gadget dewasa ini sangat luar biasa, bahkan penggunaannyapun sudah merambah jauh ke desa termasuk menghilangkan batas usia pemakainya. Sebagai gambaran, kita bisa melihat banyak balita yang sudah mampu menggunakan dan mengoperasikan gadget walaupun belum mengenalnya dengan baik. Anak-anak jaman sekarang memang merupakan digital native yang menjadikan gadget sebagai dunianya.
       Gadget sendiri bisa menggambarkan kecanggihan peranti elektronik yang terus berkembang, bahkan bisa dikatakan gadget sebenarnya gadget adalah alat komunikasi multi fungsi. Bisa dipakai untuk menelepon, menulis pesan, menulis catatan, permainan, mengirim email, dan sebagainya. Semakin multi fungsi, semakin kerenlah gadget tersebut. Termasuk dalam jenis ini adalah laptop dan handphone.
          Mulai dari handphone CDMA yang tidak berkamera dan selalu dibawa ke sekolah, smartphone yang disimpan di rumah dan diaktifkan setelah pulang sekolah, Ipad, Ipod, PSP, Iphone bahkan laptop. Artinya, siswa sudah tidak asing dengan keberadaan gadget. Gadget menjadi kebutuhan siswa karena fungsi dan macam-macam fitur yang disediakan. Kebutuhan ini terutama dalam hal sosialisasi dan update berita terkini. Gadget di kalangan mereka juga tidak lepas dari keberadaan sosial media dan perkembangan internet. Dominansi Facebook, twitter, email, blog, atau youtube menjadi bagian yang tak kalah pentingnya dalam kehidupan mereka.
      Fenomena lonjakan sosial media dalam gadget ini sering kali membuat siswa mengenyampingkan proses belajar, baik di rumah maupun sekolah. Perhatiannya tersedot pada fitur-fitur gadget yang menarik, pada status dan komentar, dan pada kicauan di twitter. Pengalihan perhatian semodel ini tentu saja mengganggu proses penyerapan informasi yang diberikan oleh guru kepada siswa. Kadang tidak jarang ditemui berita tentang siswa yang tidur larut malam hanya untuk memenuhi rasa penasarannya di depan internet. Untuk itu, harus ada cara agar siswa bisa tetap bersemangat belajar dengan memanfaatkan gadget yang dimilikinya.
     Sebenarnya, gadget-gadget ini bisa menjadi modal bagi guru dalam mengembangkan kreatifitasnya mengajar. Pola mengajar yang paling tepat bagi siswa di era digital ini adalah dengan mengajaknya belajar dalam dunianya, yaitu dunia digital. Untuk itu, gadget  menjadi hal yang mudah untuk digunakan dalam pembelajaran. Justru, guru sebaiknya tidak lari dari dunia siswa yang dipenuhi tekhnologi jika ingin tetap didengar dan diperhatikan. Masuklah ke dunia siswa sehingga bisa mendampingi mereka menggunakan gadget dengan bijak.
         Banyak orang beranggapan bahwa dengan memiliki gadget, artinya orang sudah bisa banyak hal yand dulu tidak bisa dilakukan. Bahkan ada yang menanggap bahwa memiliki gadget adalah sebuah keharusan, sebuah kewajiban bagi setiap orang. Terlebih mereka yang merasa diri berada dalam era dunia digital. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan gadget. Gadget adalah seperangkat peralatan modern yang didominasi oleh digital yang dibuat manusia untuk membantu manusia dalam mempermudah hidupnya. Kebanyakan orang yang menggunakan gadget adalah kalangan atas, mereka yang mempunyai cukup dana untuk memiliki gadget. Namun, seiring perkembangan teknologi yang amat cepat, kini tidak hanya orang dari kalangan atas saja yang mampu memiliki gadget. Orang dari kalangan biasa pun mampu memiliki dan cukup mahir menggunakan gadget. Apakah ini bisa dikatakan sebuah kemunduran atau justru sebuah kemajuan? Tergantung dari sisi mana kita melihat dan mengkritisinya.
           Gadget yang diciptakan dimaksudkan untuk membantu manusia lebih mengefektifkan waktu dan mempermudah manusia dalam melakukan kegiatan. Namun rupanya telah terjadi pergeseran fungsi gadget. Dari alat canggih yang seharusnya membantu manusia berbalik arah menjadi alat yang mengganggu bahkan membelenggu manusia dalam beraktivitas. Ini semua tergantung dari bagaimana cara kita menggunakan gadget tersebut. Penggunaan gadget secara bijaksana akan lebih banyak membantu kita dalam beraktivitas. Penggunaan gadget secara berlebihan akan menghambat kita untuk berkembang dan maju.
          Gadget merupakan salah satu teknologi yang sangat berperan pada era globalisasi ini. Sekarang gadget bukanlah benda yang asing lagi, hampir setiap orang memilikinya. Tidak hanya masyarakat perkotaan, gadget juga dimiliki oleh masyarakat pedesaan. Contohnya saja televisi dan handphone yang kini telah dinikmati oleh masyarakat pedesaan. Selain itu, disetiap rumah paling tidak kita akan menemukan sedikitnya dua buah macam gadget. Gadget mutakhir seperti Blackberry (BB) atau iPhone kini sudah menjadi bagian vital dari kehidupan seseorang sehingga selalu dibawa ke mana pun, termasuk saat pergi ke toilet sambil menggunakan gadget mutakhir ini sehingga penggunanya sering kali menjadi lupa diri karena asyik bermain games, chat, atau BBM-an.
           Bagi sebagian orang, gadget bisa disebut sebagai pasangan hidup. Karena tanpa gadget mereka akan merasa sangat kesulitan. Bagi orang-orang tersebut, gadget merupakan benda yang mutlak mereka miliki. Bahkan tidak jarang diantara mereka yang rela menghamburkan uang untuk mengoleksi gadget-gadget kesukaan mereka. Mengoleksi gadget tidak dilarang tetapi malah dianjurkan karena gadget yang super fungsi ini dapat membantu mempermudah pekerjaan kita. Dengan catatan harus disesuaikan dengan pendapatan. Jika kita tidak pandai mengatur pendapatan dan pengeluaran, maka keinginan untuk mengoleksi gadget hanya akan menimbulkan gaya hidup konsumtif yang akan membawa pengaruh buruk bagi kehidupan kita.
          Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa dunia pendidikan juga telah dijelajahi dengan gadget. Tidak sedikit orang menggunakan gadget dalam dunia pendidikan. Mungkin motivasi awal dan dasarnya adalah untuk memperlancar aktivitas dalam dunia pendidikan. Namun lambat laun motivasi ini mulai pudar dan tergantikan dengan motivasi lain, misalnya saja untuk menaikkan prestise, untuk menaikkan derajat dalam bidang ekonomi. Bahkan hanya sekadar untuk gaya-gayaan, untuk style saja. Tidak sedikit orang yang menggunakan gadget hanya untuk hal sepele dan kurang efektif seperti ini.


Peranan Gadget bagi Siswa
           Gadget adalah sebuah benda (alat atau barang elektronik) teknologi kecil yang memilki fungsi khusus, tetapi sering diasosiasikan sebagai sebuah inovasi atau barang baru. Gadget selalu diartikan lebih tidak biasa atau didesain secara lebih pintar dibandingkan dengan teknologi normal pada masa penemuannya. Gadget biasa disebut dengan gizmos.
         Teknologi semakin maju seiring dengan perkembangan zaman. Gadget sebagai salah satu contoh teknologi yang banyak diminati juga mengalami perkembangan. Pada era globalisasi ini jenis, fitur, maupun bentuk gadget sudah beragam. Misalnya saja komputer (termasuk laptop dan desktop), handphone, video games gadget seperti PSP, video gadget seperti MP4, audio gadget seperti iPads, dan kamera. Gagets sendiri ini sudah banyak diminati oleh semua kalangan, khususunya di kalangan pelajar, gadget sudah banyak digunakan karena lebih praktis dan menyenangkan dalam proses pembelajaran.
          IPad telah dilengkapi dengan fitur-fitur yang amat canggih. Sehingga dapat membantu gaya pembelajaran di sekolah, misalnya untuk dapat mengakses sebuah situs untuk mencari artikel atau materi-materi yang dijelaskan di sekolahmu. Tidak sedikit siswa bilang, gadget bisa disebut sebagai pasangan hidup. Karena tanpa gadget mereka akan merasa sangat kesulitan.
         Bagi mereka, gadget merupakan benda yang mutlak mereka miliki. Bahkan tidak jarang diantara mereka yang rela menghamburkan uang untuk mengoleksi gadget-gadget kesukaan mereka. Mengoleksi gadget tidak dilarang tetapi malah dianjurkan karena gadget yang super fungsi ini dapat membantu mempermudah pekerjaan kita. Dengan catatan harus disesuaikan dengan pendapatan. Jika kita tidak pandai mengatur pendapatan dan pengeluaran, maka keinginan untuk mengoleksi gadget hanya akan menimbulkan gaya hidup konsumtif yang akan membawa pengaruh buruk bagi kehidupan kita. Tidak hanya siswa saja yang menggunakan teknologi yang canggih ini, sebagian besar guru-guru pun tidak ketinggalan zaman untuk menggunakan iPad.
          Seiring dengan berubahnya pola atau gaya pembelajaran di sekolah yang saat ini menggunakan LCD Proyector memberikan alasan untuk berpaling ke teknologi ini. Selain memudahkan dalam proses pembelajaran, para siswa dapat terhibur dengan fitur audio atau video yang ada, dan pastinya untuk menghilangkan rasa bosan dan ngantuk yang sering dialami oleh hampir setiap siswa.

Contoh pemanfaatan Gadget dalam Proses Pembelajaran
Membuat grup di facebook yang berbasis pelajaran.

Mendiskusikan soal-soal lewat twitter dengan memberikan hastag tertentu.

Membuat blog yang memungkinkan untuk melakukan banyak hal : berbagi berita, menyimpan materi pelajaran, mengajak beropini, dll.

·        Konsultasi bimbingan karya tulis via email, sehingga tidak perlu mencetak bab per bab ke dalam ratusan kertas. Hal ini bermanfaat baik dalam hal menghemat biaya dan kertas. Jika Indonesia punya tekad, bisa saja dana pendidikan pemerintah diarahkan untuk membangun aplikasi-aplikasi pendidikan untuk smartphone. Aplikasi smartphone masih sangat sedikit yang berkenaan dengan pendidikan walau sudah ada. 
       Saat ini keseharian kita sudah amat dibiasakan dengan perangkat ponsel cerdas. Sebuah perangkat yang pada awalnya dibuat untuk memfasilitasi mereka yang harus berkomunikasi secara bergerak, namun saat ini telah berkembang amat pesat menjadi perangkat cerdas, karena fungsinya teleponnya kadang hanya tertempel, untuk menegaskan fungsinya awalnya. Ponsel cerdas saat ini bahkan bisa mengakses internet, di manapun, kapan pun.
           Sayang seribu sayang, walaupun perangkat ini sudah menjadi perangkat keseharian yang bagai baju, namun masih ada kelompok-kelompok masyarakat dan lembaga yang belum bisa menerima perangkat ini sebagai konsekuensi kemajuan teknologi yang harus disikapi dengan penerimaan dan pendayagunaan cerdas. 
       Saat ini jauh lebih mudah menemukan sekolah yang melarang penggunaan ponsel daripada sekolah yang mendayagunakan ponsel secara massif dalam pembelajaran. Fitur-fitur yang ada di dalam ponsel diperlakukan secara ambigu, sebagai musuh saat tak mampu menanganinya, dan sebagai sahabat manakala "menyenangkan". Alih-laih menjelaskan "kebingungan" ini dan bersama-sama mencari solusi bersama, pihak otoritas sekolah lebih mudah melakukan pelarangan. Padahal seandainya berkenan mengajak para siswa untuk berpikir bersama-sama, bagaimana mendayagunakannya untuk pembelajaran, bukan tidak mungkin akan diketemukan cara-cara yang tepat guna, untuk menempatkan ponsel sebagai salah satu alat bantu belajar yang pokok. 
         Terbayangkah oleh kita, bagaimana mendayagunakan fitur-fitur standar, macam fitur perekam suara dan gambar (diam/bergerak), fitur bluetooth, atau SMS/MMS ? Pernahkah dalam satu kelas dilakukan pendataan, siapa saja yang bawa ponsel, apa jenis ponselnya, mendukung aplikasi apa tidak, dst? Belum lagi jika secara pribadi, guru melakukan eksplorasi, mencari aplikasi untuk ponsel yang sesuai untuk mapel yang diampunya.
        Teknologi memberikan lebih banyak pilihan, keleluasaan serta kemudahan untuk melakukan berbagai kegiatan, termasuk juga kegiatan pendidikan. Pendidikan menjadi salah satu bidang yang sangat terpengaruh oleh kemajuan teknologi terkait dengan perkembangan metode belajar mengajar, bidang kajian baru hingga aplikasi teknologi dalam mendukung kegiatan pendidikan. Salah satu kemajuan teknologi yang secara perlahan menjadi bagian dari kehidupan sehari–hari adalah alat komunikasi praktis yang disebut dengan telepon genggam. Beberapa telepon genggam dengan teknologi canggih memiliki berbagai kemampuan guna memudahkan berbagai aktifitas.


iPad dalam Pembelajaran
          Setelah munculnya iPad, dunia pendidikan juga mengalami revolusi. Buku teks pelajaran yang selama ini dalam bentuk cetak mulai tersingkir. Di Amerika, sebagai tempat lahirnya iPad, penerbit besar seperti Prentice Hall dan McGraw Hill telah membuat buku pelajaran versi iPad yang lebih interaktif, tidak dalam bentuk pdf yang statis. Sayang sekali, buku ini belum bisa dibeli dari Indonesia. Mungkin Apple masih memprioritaskan wilayah Amerika lebih dulu agar rakyat Amerika tidak terkejar kemajuannya oleh siswa negara lain.

         Dari website Apple dapat disaksikan kalau buku ini sangat memanjakan siswa. Di buku ini tidak hanya ada teks dan gambar, melainkan suara dan video. Kalau mau melihat contohnya, mungkin formatnya seperti majalah Detik atau Media Indonesia versi iPad.

         Beberapa buku digital yang telah saya beli dan cukup memuaskan di antaranya buku Our Choice karya Al Gore. Buku ini terdiri dari banyak bab. Tiap bab berisi beberapa halaman teks. Di setiap halaman terselip foto, video atau audio. Yang uniknya, foto yang ada dilengkapi dengan lokasi. Jika diklik, maka langsung terhubung dengan Google Maps yang menunjukkan lokasi foto tersebut diambil.

            Buku ini juga berisi welcome speech dari Al Gore dan tutorial untuk mengakses buku. Benar-benar pengalaman belajar yang menyenangkan. Siswa pasti akan senang membaca buku ini.

         Di Indonesia sendiri, belum banyak aplikasi pembelajaran yang ada. Untuk buku teks, baru penerbit Grafindo yang berkecimpung. Hanya saja buku Facil terbitan Grafindo ini belum interaktif. Namun, sebagai lompatan untuk menuju buku interaktif, buku ini sudah dianggap memadai. Bayangkan, siswa tak perlu lagi membawa ransel yang berat ke sekolah, tetapi cukup membawa sekeping iPad yang sangat ringan. Memang harga iPad masih relatif mahal, tetapi jika dibandingkan manfaatnya maka harga mahal menjadi relatif. Tentu saja untuk keperluan belajar tidak perlu membeli yang 3G, namun cukup yang edisi wifi saja. Itupun cukup yang berkapasitas memori 16 GB.
Selain menjadi alat untuk membaca buku, iPad juga bisa menjadi alat untuk melakukan presentasi. Guru dapat membuat slide di aplikasi Keynote yang compatible dengan Power Point. Tentu saja aplikasi ini perlu dibeli, meski harganya tidak semahal software asli Microsof Office. Guru tinggal mencolokkan iPad ke proyektor dengan kabel HDMI. Dijamin siswa tidak ada yang tidur.

         Dengan aplikasi Syncsoace yang bisa dibeli di Appstore, guru juga bisa menulis laksana menulis dengan kapur di atas papan tulis. Kalau Anda pernah menyaksikan acara The Golden Way Mario Teguh pasti Anda paham apa yang saya maksudkan.

          Terlepas dari itu, iPad hanyalah alat. Gurulah yang paling berperan untuk mendidik siswa. Diharapkan iPad dapat memudahkan dan mengasyikkan proses belajar mengajar di kelas, bukan malah membuat siswa menjadi orang yang individualis, malas dan kurang kreatif.

            Di tengah banjirnya informasi, terutama dengan begitu mudahnya mencari referensi via mesin pencari kata, sekolah seyogyanya lebih mengarahkan siswanya untuk menjadi pembelajar mandiri yang kreatif, analitis dan pemecah masalah. Apa yang dapat dicari di Google tidak perlu dihapalkan lagi. Satu lagi, pelajaran yang tidak bisa diberikan oleh Google adalah karakter seperti integrity, kegigihan, kepemimpinan, dsb.


Dampak Penggunaan Gadget Bagi Siswa
          Segala sesuatu yang berhubungan dengan teknologi tentunya mempunyai dampak positif dan negatif, tergantung dari pengguna itu sendiri.

          Dampak gadget untuk siswa terasa positif bila orangtua mendampingi dan menerapkan aturan khusus dalam penggunaan gadget. Namun, apa yang terjadi bila anak sudah kecanduan gadget? Gadget tentu berpengaruh terhadap perkembangan anak usia dini, baik secara fisik, kognitif, emosi, sosial, dan motorik.

          Anak hobi bermain gadget selama berjam-jam lamanya, menjadikannya sebagai pribadi yang cuek dan merasa asing dengan lingkungan sekitar karena kurangnya interaksi. Penggunaan gadget yang tidak terkontrol juga bisa membuat prestasi belajar si anak jadi menurun.

           Dalam satu pengamatan sederhana di salah satu prasekolah, terbukti bahwa prestasi anak yang bermain gadget terlihat menurun dibanding prestasi anak rajin membaca dan tidak bermain gadget. Anak yang tidak bermain gadget, prestasinya semakin baik, bahkan mampu melampaui anak-anak yang hobi bermain gadget.



Dampak gadget untuk siswa memengaruhi beberapa perkembangan dan prestasi belajar anak, diantaranya:

Penurunan konsentrasi belajar
        Konsentrasi anak menjadi lebih pendek dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Anak cenderung lebih senang berimajinasi dalam tokoh game yang sering ia mainkan menggunakan gadget-nya.

Lemah menganalisa permasalahan
          Anak menjadi malas mencari data dan tidak tertantang untuk menganalisa permasalahan. Ia menginginkan sesuatu serba cepat dan langsung melihat hasilnya, tanpa memperdulikan proses untuk mencapai hasil akhir tersebut.

Malas membaca
       Fitur menarik dari gadget menyuguhkan tampilan visual yang menggoda. Ini justru anak cenderung lebih memilih bermain gadget ketimbang membaca. Padahal membaca sangat bagus untuk mengembangkan imajinasi dari kesimpulan yang dibaca.

Menurunnya kemampuan bersosialisasi
      Tidak heran jika anak yang kecanduan bermain gadget, ia menjadi tidak peduli dengan lingkungan sekitar serta tidak memahami etika bersosialisasi. Anak selalu menginginkan segala sesuatu harus segera ada dan terwujud, karena terbiasa mendapat pemahaman melalui games atau tontonan.
           
          Disamping sisi negatifnya, dampak gadget untuk anak ada sisi positifnya juga, salah satunya terus-menerus menghadirkan informasi terkini, sehingga bermanfaat sebagai sarana untuk membangun kreativitas anak. Pola pikir anak yang kreatif dapat terbentuk jika pemanfaatan gadget diimbangi dengan interaksi anak dengan lingkungan sekitarnya.

        Fasilitas yang telah diberikan dalam sebuah gadget sebaiknya dipergunakan dengan sebaik mungkin dan sebagaimana mestinya. Telah dijelskan bahwa gadget juga dapat menimbulkan dampak negatif, kita sebagai pengguna hendaknya dapat menggunakan teknologi ini dengan bijak agar tidak terkena dampak negatifnya. Penggunaan gadget yang tidak sewajarnya dapat berpengaruh pada kesehatan. Misalkan penggunaan handphone yang terlalu lama. Karenanya, kita harus mempergunakan gadget dengan cermat agar kiranya tidak berakibat buruk bagi kesehatan. Bagi maniac gadget hendaknya dapat mengatur waktu seperti mengurangi intensitas pemakaian gadget agar tidak melalaikan kewajiban utama. Bagi yang suka mengoleksi gadget hendaknya dapat mengatur mana keperluan yang lebih penting atau tidak penting agar tidak menimbulkan gaya hidup yang konsumtif. Sebagai generasi muda, kita perlu berperan dalam kemajuan teknologi yang ada pada era globalisasi ini agar kita selalu dapat mengikuti perkembangan zaman.

      Tidak mungkin menolak teknologi yang hadir untuk mempermudah kita mencapai berbagai tujuan pekerjaan maupun mendukung kehidupan pribadi dan sosial. Di mana pun dan kapan pun, teknologi selalu memiliki dua sisi yang berseberangan. Tak ubahnya pisau dapur, bisa untuk memotong wortel, bisa juga untuk menusuk orang. Apakah kemudian akan melarang penggunaan pisau? Mempelajari resiko pemakaian pisau dan mendayagunakannya untuk kemanfaatan, itulah yang harus dipelajari.

Ini Lho! Kiat Jitu Mendidik Anak Tumbuh Jadi Cerdas

Berbicara mendidik anak tumbuh jadi cerdas dapat dilakukan dengan berbagai kiat. Pasalnya mendidik anak jadi tumbuh cerdas ini dibutuhkan waktu yang tidak sebentar, karena hal ini perlu latihan. Namun bukan hanya itu saja lho bunda, kesabaran dan keuletan juga sangat dibutuhkan agar bisa mencetak anak menjadi cerdas. Jika Anda masih belum tahu strateginya jangan bingung dulu ya bunda, disini kami akan bagikan caranya untuk Anda. Bagaimana kiat mendidik anak tumbuh jadi cerdas ini? Daripada bunda penasaran, yuk simak ulasan berikut.

Ini kiat mendidik anak tumbuh jadi cerdas

Berkreasi setiap hari
Mendidik anak tumbuh jadi cerdas adalah dengan mengajarkan ia berkreasi setiap harinya. Dengan Anda mengajarkan anak berkreasi maka daya imajinasinya akan tinggi, sehingga anak mempunyai ide-ide yang baru. Tentunya hal ini akan membantu saraf otaknya bisa berkembang pesat sehingga anak tumbuh menjadi cerdas. Mengajarkan anak berkreasi ada banyak macam, diantaranya bisa dilakukan dengan mengajaknya menggambar, bercerita, bernyanyi, bermain dan melipat kertas. Semua kegiatan tersebut bisa membantu anak bisa kreatif
dan membuatnya jadi cerdas.

Menggunakan kedua sisi tubuh 
Tahukah bunda kiat mendidik anak tumbuh jadi cerdas ini dapat dilakukan dengan mengajarkan menggunakan kedua sisi anggota tubuhnya. Latihan menggunakan kedua sisi anggota tubuh bisa menyeimbangkan otak kanan dan kirinya. Hal ini bisa dilakukan dengan cara mengajarkan gambar dengan menggunakan tangan yang sebelah kiri, selama ini menggambar menggunakan tangan kanan sudah menjadi hal biasa. Jadi apa salahnya bila Anda juga mengajarkan anak menggambar dengan tangan kiri agar fungsi saraf otaknya seimbang. Baca: Ini Dia Permainan Mendidik Anak Jadi Kreatif

Memiliki tokoh yang bisa diteladani dan diidolakan 
Selanjutnya trik mendidik anak tumbuh jadi cerdas adalah mengenalkan tokoh-tokoh yang mempunyai teladan positif dan memotivasi. Mengenalkan anak pada banyak tokoh yang bisa dijadikan teladan bisa membangun semangat belajarnya tinggi dan ingin menjadi seperti yang diidolakannya. Misalnya anak mengidolakan tokoh sejarawan, maka kenalkan tokoh sejarawan sebanyak-banyaknya pada anak. Tujuannya agar anak mencontoh kebiasaan tokoh idolanya yang akan membawanya pada kunci kesuksesan.

HUBUNGAN TELEVISI DAN PENDIDIKAN

LITERATUR tentang fungsi media senantiasa mengetengahkan bahwa fungsi media ialah informasi, hiburan, dan pendidikan. Media cetak pada umumnya lebih memberikan penekanan pada fungsi informasi dan hiburan, sedangkan televisi (TV) lebih cenderung mengedepankan fungsi hiburan dan informasi, sementara itu, fungsi pendidikan bagi TV cenderung diposisikan sebagai unsur pelengkap. Mengapa demikian?
Apakah karena pengelola stasiun TV tidak menyadari tanggung jawab sosial mereka kepada pemirsa? Ataukah karena fungsi pendidikan dianggap merupakan tanggung jawab utama keluarga dan sekolah? Padahal, kita tahu bahwa apa pun yang disiarkan TV, sadar atau tidak, dimaksudkan atau tidak, akan senantiasa menyosialisasikan nilai-nilai sosial-budaya tertentu dan berdampak pada pemirsa.
Tidak jarang orang menuduh siaran TV menjadi biang keladi perilaku sosial menyimpang yang terjadi di masyarakat. Padahal, mungkin saja terjadi saat dilakukan survei menyangkut pengaruh siaran TV pada pemirsa, ternyata tindakan yang dilakukan responden, independen dari siaran TV. Artinya, responden tidak menyaksikan siaran TV dan tindakannya dijalankan secara spontan tanpa ada kaitannya dengan siaran TV.



Belum lagi kalau kita menelaah lebih jauh penelitian tentang hubungan antara tayangan kekerasan di TV (TV violence) dan perilaku kekerasan aktual di masyarakat, ternyata hasilnya menunjukkan penyebab kekerasan di masyarakat ialah faktor struktural (kesenjangan sosial-ekonomis, lingkungan, dan sebagainya). Tayangan kekerasan di TV bukan sebagai penyebab terjadinya kekerasan di masyarakat, melainkan sebagai faktor yang memperkuat atau mengukuhkan nilai kekerasan yang sudah ada (Joseph Klapper, 1967). Di satu sisi, saat TV menayangkan peristiwa kekerasan di masyarakat, niatnya membuat masyarakat waspada terhadap kemungkinan tindakan kekerasan yang ada di lingkungan sosial. Namun saat frekuensi penayangan tindakan kekerasan menjadi berlebihan, niat mendidik masyarakat malah berbalik membuat masyarakat menjadi takut dan waswas. Di lain pihak, penayangan tindak kekerasan yang berlebihan akan menimbulkan pula dampak psikologis dalam bentuk desensitizing process (proses kehilangan kepekaan akibat tindakan yang sebenarnya luar biasa, malah dianggap normal karena terlalu sering disaksikan).
Dalam kondisi di saat TV dihadapkan pada dikotomi antara tayangan mendidik dan tidak mendidik, stasiun TV akan cenderung berdalih dengan mengatakan apa pun program yang ditayangkan senantiasa memiliki dampak yang diniatkan (intended consequences) dan dampak yang tidak direncanakan (unintended consequences).
Niat program TV senantiasa baik, tetapi pemirsa akan menilai kualitas sebuah tayangan sesuai dengan persepsi masingmasing yang memang pada dasarnya sudah berbeda. Sebagai ilustrasi, saat stasiun TV mengampanyekan pemberantasan HIV/ AIDS dengan sosialisasi penggunaan kondom (niat baik), pesan TV malah dituduh mendorong praktik seks bebas melalui pemanfaatan kondom (dampak buruk).

Sikap proaktif
Dalam dilema semacam ini, tidak banyak pihak yang dapat melihat secara
propor sional sejauh mana sebenarnya TV dapat berperan dalam proses pendidikan. Fungsi pendidikan dilekatkan pada mass media (termasuk TV) karena posisi media sebagai lembaga pendidikan informal. Dalam pendidikan formal, di rumah dan sekolah, nilai-nilai pendidikan disampaikan melalui proses yang interaktif dan dialogis.
Melalui lembaga pendidikan informal yang dijalankan mass media, nilai-nilai pendidikan disisipkan melalui tayangan yang disajikan dalam proses yang monologis. Masalah apakah pemirsa mengerti pesanpesan pendidikan yang diselipkan melalui tayangan TV ataupun apakah mereka memperoleh manfaat pembelajaran, akan bergantung pada persepsi setiap pemirsa.
Setiap pembahasan mengenai mendidik tidaknya tayangan TV pada pemirsa akan sangat bergantung pada sikap proaktif pemirsa untuk memilih dan memilah, antara nilai positif mana yang perlu diinternalisasi untuk kemudian diadopsi dan nilai negatif mana yang perlu diabaikan.
Cara TV menjalankan fungsi pendidikan tidak mungkin dilakukan dengan cara yang linear. Jika hal tersebut dijalankan, mungkin akan membosankan. Nilai pendidikan disampaikan melalui penampilan pesanpesan yang kontras bahkan kontroversial.Kebaikan dikontraskan dengan kejahatan, kecerdasan akan dipertentangkan dengan kebodohan, kepolosan dengan keculasan, bahkan kekerasan dengan kasih. Masalah etika akan timbul, dan dengan sendirinya peran pendidikan akan dipermasalahkan manakala penyampaian pesan dilakukan dengan cara yang tidak proporsional. Atau manakala, nilai-nilai (values) yang negatif memperoleh legitimasi dalam bentuk pembenaran. Tema bahwa kebaikan mengalahkan kebatilan, kejujuran menundukkan kecurangan dan seterusnya, tetap harus dipertahankan dan dijaga sebagai pesan moral.
Panggilan medium TV memang untuk menghibur pemirsa karena jika tayangan tidak menghibur, tentu akan kehilangan pemirsa. Jumlah pemirsa yang tecermin pada rating itulah yang dijual pada agensi untuk menghadirkan iklan, yang pada gilirannya akan memberikan keuntungan ekonomis agar stasiun TV tetap eksis. Logika instrumental bisnis TV memang mencari untung, tetapi logika ideal operasional TV ialah melayani pemirsa dengan tayangan yang menghibur dan sejauh mungkin mendidik.
Jika di sana-sini masih terjadi benturan antara fungsi hiburan dan pendidikan, patut dipahami bahwa pengelola stasiun TV masih berusaha mencari `format yang pas’. Dalam situasi ini, pemirsa juga diminta menyadari bahwa dalam menjalankan fungsi pendidikan, mass media, termasuk TV, tidak mungkin mengganti peran rumah tangga apalagi sekolah. Posisi mass media sekadar melengkapi peran lembaga pendidikan yang sudah ada.

Suryani Zaini ; Anggota Dewan Redaksi Indosiar dan SCTV
MEDIA INDONESIA, 10 Januari 2015

5 Perilaku Orang Tua Ini Justru Menghambat Tumbuh Kembang Anak

Apa yang dilakukan orang tua akan sangat berdampak besar pada tumbuh kembang anak. Bagaimana nantinya anak berkembang juga tergantung pada perilaku Dan sikap orang tua. Dan dilansir dari lifehack.org, ada lima perilaku orang tua yang justru bisa menghambat tumbuh kembang anak. Bagi para orang tua (atau calon orang tua), perhatikan perilaku Anda sekarang juga karena apa yang Anda lakukan akan sangat berpengaruh pada perkembangan fisik dan mental anak Anda.

1. Membuat Segalanya Mudah untuk Anak-Anak
Seorang psikolog Madeline Levine mengatakan bahwa kita perlu membiarkan anak terjatuh agar bisa belajar jalan dengan kaki mereka sendiri. Dan "peraturan" ini pun sebaiknya tetap digunakan dalam berbagai hal lainnya. Saat anak kalah dalam perlombaan atau mendapat nilai buruk, berikan semangat dan sampaikan bahwa kegagalan itu hanya bagian dari proses untuk sebuah keberhasilan nantinya. Siapkan anak mulai sejak dini untuk bisa menerima kenyataan tentang manis dan pahitnya kehidupan yang nantinya akan mereka hadapi.

2. Komentar Negatif
Menghakimi atau memberikan komentar negatif pada anak bisa sangat berbahaya bagi perkembangannya di masa yang akan datang. Jika orang tua sudah sering memberikan komentar negatif kepada anaknya, maka kepercayaan diri sang anak bisa menurun secara drastis.

3. Memuji Berlebihan
Menurut penelitian yang dilakukan di Stanford University, anak usia 1-3 tahun yang mendapatkan pujian atas usaha yang mereka lakukan dan bukan atas bakat yang mereka miliki, lima tahun kemudian mereka bisa lebih mudah menghadapi tantangan dan memiliki motivasi yang lebih tinggi. Orang tua sebaiknya tak memuji anak secara berlebihan. Pujilah anak atas usaha yang telah mereka lakukan bukan sebatas hanya pada kata-kata "pintar," "cantik", dan sebagainya.

4. Tak Membiarkan Anda Menghadapi Risiko
Belajar mengambil risiko itu sama dengan belajar untuk mendapatkan kepercayaan diri dan belajar tentang batasan yang dimiliki. Biarkan anak-anak bermain dengan leluasa di luar (tapi tetap dalam pengawasan yang aman) supaya mereka bisa mengeksplorasi diri mereka dan belajar untuk menghadapi risiko yang mereka hadapi.

5. Selalu Memenuhi Permintaan Anak Saat Ia Mulai Rewel
Banyak orang tua yang lebih suka ambil praktisnya saja ketika anaknya mulai rewel. Saat anak rewel meminta sesuatu, misalnya, jangan langsung memberikan apa yang ia minta. Jika Anda terbiasa langsung memberikan apa yang anak Anda minta ketika ia rewel, maka anak akan memiliki pemahaman bahwa ia bisa mendapatkan apapun yang ia minta dengan sedikit tangisan dan rewel.

Peran menjadi orang tua itu bukan peran yang mudah. Seiring dengan pertumbuhan anak, orang tua perlu melakukan berbagai macam teknik mendidik dan mengasuh yang berbeda-beda pula. Tapi ketika melihat anak sudah bisa tumbuh dengan optimal nantinya di masa yang akan datang, orang tua pun akan merasa jadi orang tua paling beruntung di dunia.

(vem/nda)
----